Dear Dosen, sudahkan Anda memiliki id ORCID?


Mari saya kenalkan pada teman saya Namanya Budi Handoko Paku Sadewo. Dia senang melakukan penelitian, menerbitkan paper, berbicara di konferensi, dan tentunya.. mengajar. Budi melakukan semua itu di sepanjang karirnya. Budi sudah berpengalaman mengajar dan meneliti di berbagai institusi dan menerima banyak hibah yang mendukung penelitiannya.

Budi sedang memfokuskan waktunya untuk memperoleh sebuah beasiswa. Namun berbagai kendala sedang menantinya di depan. Institusi pemberi beasiswa ingin mengetahui sepak terjang Budi dalam meneliti, mengajar dan menulis paper sebelum mengambil keputusan. Kampus tempat Budi mengajar juga ingin menyeleksi kerjaan Budi sebelum memutuskan untuk memberi promosi (WOW!).

Nah, sebenarnya Pemberi Beasiswa dan Kampus bisa saja mencari informasi tentang Budi di Internet atau Sumber lainnya. Tapi semuanya punya masalah yang sama. Semua mencoba menghubungkan record kegiatan, dan hasil penelitian berdasarkan sebuah NAMA! Ketika mereka mengetikkan nama Budi di internet, maka begitu banyak nama Budi yang muncul. Dari anak TK sampai opah-opah. Dari Polisi sampai Penari Perut. Dari nama orang sampai nama kucing! Jadi, bagaimana Kampus dan Pemberi Beasiswa menemukan Budi yang mereka cari jadi masalah tersendiri.

Masalah jadi semakin semrawut, ketika muncul berbagai variasi dari nama Budi Handoko Paku Sadewo misalnya Budi HPS, BHP Sadewo, BH Paku dan lainnya. Dan terkadang nama Budi bisa diterjemahkan ke jenis tulisan mandarin, rusia atau arab. Jadi,saat mereka mencari nama Budi, informasi yang muncul dari SERP (Search Engine Result Page) menjadi tidak relevan dan tidak bisa digunakan sebagai pertimbangan kredibilitas teman saya ini.

Nah, biasanya setiap organisasi menyuruh orang seperti Budi untuk mengisi form yang menjelaskan identitas dan paperwork penelitiannya. OMG… mengisi Form adalah salah satu dari 10 pekerjaan membosankan bagi saya, begitupun orang – orang seperti saya atau 90% mirip saya. 9 nya lagi masih saya pikirin, nanti juga lama – lama ketemu wehehe.

Apa gak ada cara yang lebih efisien?

Nah disinilah ORCID.org memberi solusi. ORCID berperan sebagai identifier bagi setiap peneliti yang membuatnya jadi unik karena diwakili oleh sederet angka ketimbang nama. BUDI lalu membuat akun ORCID dan melengkapi seluruh paperwork dan identitas sepanjang karir menelitinya. Tidak hanya itu, BUDI juga bisa menambah informasi berbagai hibah dan bantuan penelitian untuk semakin menambah kredibilitas BUDI sebagai peneliti yang membuat Kampus dan Organisasi lainnya semakin yakin bahwa BUDIlah yang mereka cari selama ini meski nama BUDI muncul dengan berbagai variasinya.

ORCID id menjadi jembatan resercher identifier yang membantu berbagai stakeholder seperti Penerbit buku, Organisasi Penelitian, Universitas, Asosiasi Dosen dan Peneliti, Repositori, Pemberi Hibah dan Beasiswa untuk menemukan orang yang mereka cari. Budi semakin mudah mengenalkan diri dengan sekedar menyampaikan id ORCID untuk kemudian mereka pelajari lebih dalam tanpa harus mengisi berlembar – lembar form yang … euh… membosankan.

Lebih jauh lagi, Budi tetap bisa menggunakan ORCID id meski sudah berpindah kantor, beralih pekerjaan, atau bepergian ke luar negri karena ORCID id bisa terus digunakan untuk berbagai keperluan.

Dengan begitu BUDI bisa lebih memfokuskan waktunya untuk hal – hal yang lebih bermanfaat seperti melanjutkan penelitian dan mencari jodoh #eh.

Kalau Anda merasa bernasib seperti Budi, segeralah buat akun di ORCID.org. It’s free. GRATIS. Insya Allah bisa membantu banyak dalam karir meneliti Anda. Kecuali satu hal, mungkin. ORCID tidak menjamin mencarikan jodoh untuk Anda tentunya.


Loading comments…