Cara Mengukur h index dan Meningkatkannya


Workshop Webo Telkom University di Bulan Februari ini sangat istimewa. Karena salah satu hasilnya adalah awareness webo kini tidak lagi dimiliki oleh SISFO seorang saja melainkan dirasa menjadi tanggung jawab bersama unit dan direktorat di luar SISFO seperti penelitian dan sekretaris pimpinan.

Fokus pembicaraan kita tidak lagi berkutat seputar SEO, pengembangbiakan konten dan rich file seperti yang sudah-sudah, tetapi juga strategi mengejar komponen nilai EXCELLENCE dari Webo yang sejak awal Telkom University selalu dapet nilai bontot.

Salah satu topik hangat seputar EXCELENCE adalah bagaimana agar peneliti di Telkom University memiliki h index yang tinggi. Apa itu h index?

h index

Saya kutip dari Waterloo Library, berikut yang dimaksud h index:

  • In 2005, physicist Jorge E. Hirsch developed the h-index as a process for quantifying the output of an individual researcher.

  • Hirsch argues: “I propose the index h, defined as the number of papers with citation number ≤ h, as a useful index to calculate the scientific output of a researcher” (2005).

  • Note that the h-index is one of many available bibliometric measures.

Reference: Hirsch, J. E. (2005). An index to quantify an individual’s scientific research output. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 102(46), 16569-16572. doi:10.1073/pnas.0507655102

h index ini selalu digunakan Google Scholar sebagai metric untuk publikasi dosen selain i10 index*. Spiritnya adalah bagaimana mendorong tulisan seorang peneliti menjadi berkualitas dan populer sehingga disitasi banyak orang. Kata kuncinya ada di “sitasi” dan “populer”.

Nah, bagaimana cara menghitungnya?

Cara menghitung h index

Teorinya begini. h index dihitung dengan pengertian jika seseorang memiliki n paper dan masing-masing paper disitasi setidaknya sebanyak n, maka h index dia bernilai n.

Misalnya nih ya. Anda memiliki 8 paper yang masing – masing disitasi sebanyak 33, 20, 14, 10, 8, 6, 3, 1. Buatlah tabel paper diurut dari yang terbanyak  sitasinya sampai yang tersedikit sitasinya. Selanjutnya kita bisa mengetahui Anda punya nilai h indexnya 6.

Begini gambarannya:

h indexCoba dicermati.

  • Paper 1 setidaknya harus disitasi 1 kali agar h index bernilai satu. Faktanya 33. Wow.
  • Paper 2 setidaknya harus disitasi 2 kali agar h index bernilai dua. Faktanya 20. Wow wow
  • Paper 6 setidaknya harus disitasi 6 kali agar h index bernilai enam. Faktanya 6. Sip.
  • Paper 7 setidaknya harus disitasi 7 kali agar h index bernilai tujuh. Faktanya 3. Oalah…

Dikarenakan paper ke-7 belum cukup banyak sitasinya  (tidak sampai  7) maka bisa kita simpulkan nilai h index Anda adalah 6.

Contoh lain

Nah, mari kita lihat contoh realnya. Saya ambil contoh Pak Kore. Semoga beliau mengijinkan. Sekarang Anda sudah bisa tahu kenapa nilai h index beliau sangat tinggi yaitu 6.

h index koreCara meningkatkan h index

Nah, cara meningkatkan h index ini pinter-pinternya kita. Jadi ada triknya gitu deh. Prinsipnya sih semakin banyak paper berkualitas yang kita bikin, maka sitasi itu akan meningkat dengan sendirinya. Tapi kalau mau direkayasa dengan proses – proses engineering bisa juga. Berikut beberapa tipsnya.

  1. Miliki roadmap penelitian, agar paper-paper kita punya keterkaitan satu sama lain. Sesudah itu sitasi paper kita yang lain (self citation), dengan begitu jumlah sitasi akan bertambah.
  2. Suruh mahasiswa bimbingan mensitasi paper kita.
  3. Kerjasama dengan sesama peneliti untuk saling mensitasi.
  4. Buat persyaratan setiap paper yang ingin terbit di jurnal kita (institusi) maka syaratkan paper tersebut mensitasi paper yang ada di jurnal yang sudah terbit.

Kurang lebih itu beberapa tips biar cepat mendapat sitasi dan meningkatkan h index. Lain waktu saya akan bahas i10 index. Stay tune aja dan jangan kebanyakan makan indomi ya.

*i10 index perhitungan lebih sederhana, yaitu jumlah publikasi yang sudah disitasi setidaknya 10 kali.

,

3 responses to “Cara Mengukur h index dan Meningkatkannya”

  1. Good artikel… konten memang mahal… self citation hanya akan menunjukkan bahwa kita baru di level “merekayasa”..

    Konten berkualitas bukan hanya tanggungjawab beberapa pihak. Tapi semua pihak. Termasuk pihak yg seharusnya menghargai.. 😀 bukan hanya sekedar menargetkan

    • Tengkyu bro.. self citation memang jadi topik yang hot dibicarakan. Apakah dia perbuatan tidak etis? Atau justru menunjukkan paper tersebut merupakan keberlanjutan dari paper sebelumnya.. ada plus dan minusnya.. tapi semua akan baik-baik saja selama masih di koridor.

      By the way ini topik yang menarik, lain waktu saya akan bahas mengenai self citation..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *