Trik Menghadapi Pertanyaan Mematikan “Kapan Nikah?” di Hari Fitri


Bisa kita simpulkan bahwa pertanyaan mematikan di hari nan fitri ini bagi jomblowan dan jomblowati adalah ” Kapan Nikah?” Atau “Kapan kamu nikah?”

Pertanyaan ini sangat nujleb menancap di hati seolah ingin rasanya dibalas dengan pertanyaan”Kapan kamu mati?” Karena toh nikah dan mati sama-sama rahasia Allah.

Tapi rasanya budaya kita berkata bahwa bertanya kapan mati dianggap sarkasme melebihi jahannamnya pertanyaan kapan nikah. Padahal dua duanya sama – sama menyakitkan bila dilihat siapa yang jadi objek penderitanya. Namanya juga objek penderita. Derita tiada taraaa…

Tapi aku berdiri di sampingmu guys. Meaki aku sudah menikah, aku akan berikan tips menangkis pertanyaan bedebah itu. Pertanyaan yang begitu ringan diucapkan, namun menyayat hati yang terus merindu. 

Ini dia:

  1. Cari Jodoh dalam critical minutes. Sebelum acara keluarga besar dimulai. Sebelum acara sun tangan, pipi kiri dan kanan, dan memohon ampun pada orang tua. Carilah jodoh pada saat itu juga! Kerahkan semua relasi dan jaringan medsos. Telusuri seluruh isi kampung dan temukan orang istimewa itu. Bisa jadi ‘dia’ adalah orang yang menyambutmu pertama kali di kampung halaman dengan senyum merekah, atau orang yang membawakan kopermu turun dari mobil, atau orang yang sekedar membantu memarkirkan kendaraanmu.

  2. Perbaiki gaya bahasa sms minta maafmu. Jangan ikuti mainstream. Jangan sekedar taqabalallahu minna wa minkum, met idul fitri 1437 H. Tapi tambahkan kata-kata “jika engkau laki-laki jomblo, maukah engkau jadi saudaraku dan carikan jodoh untukku? Jika engkau wanita muslimah jomblo berkenankah engkau berjodoh denganku?” Cara ini pernah berhasil saat dayang sumbi mencari jodoh meski saat itu belum ada teknologi messaging secanggih sekarang.

  3. Siapkan angpaw yang banyak. Cara ini cukup berhasil jika yang akan bertanya adalah bocah-bocah imut di kampung halaman. Sebelum mereka bertanya, maka segera selipkan amplop di tangan mereka. Niscaya, pertanyaan “kapan nikah?” di benak mereka akan berganti menjadi “weh.. bisa beli es krim nih!”

  4. Alihkan perhatian. Gunakan cara ini untuk menghadapi pertanyaan dari kaum “senior”. Jangan biarkan mereka mendominasi diskusi. Segera tanyakan bagaimana kabar mereka, keluarga besar dan topik – topik ringan yang jauh dari wilayah ‘perjodohan’.

  5. Yang paling susah adalah kalau orang tua sendiri yang bertanya “kapan nikah?”. Ini sulit sulit susah. Karena sang jawara berdiri di hadapan kita dan ingin kepastian tentang masa depan anaknya. Untuk menjawabnya, cukuplah berkata… “Bunda… dari dulu setiap hari bunda selalu bertanya kapan aku nikah.. maka bolehkah hari ini bunda cukup bertanya.. kapan aku bisa main ke rumah Raisa dan segera melamarnya?”

Met Ied Mubarak kawanku semua.. semoga Allah menerima amal ibadah kita semua dan mendekatkan jodohmu, jodoh kita semua..


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *